Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2018

Semacam Catatan || Dear Diriku

Dear Diriku Terimakasih telah mau ku ajak tersesat dalam ingar-bingar dunia ini. Terimakasih terlah mau ku ajak berjuang meraih mimpiku. Aku minta maaf karena sering mengabaikanmu, tidak terlalu memperhatikan kesehatanmu. Kadang, kau sering ku paksa begadang karena suatu pekerjaan. Maafkan aku diriku, karena aku terus-terusan memaksamu untuk menuruti keinginanku. Maafkan aku yang terlampau egois dan kerapkali sering pesimis terhadapmu. Aku yang selalu abai kalau sudah membahas tentang istirahat, sering sekali kadang terasa begitu penat. Aku janji, akan kita tuai bersama bahagia, untuk dirimu sang aku. Aku akan lebih baik lagi memperlakukamu diriku. Aku akan lebih perhatian untuk menjaga kesehatanmu. Pola makan, pola tidur, dan juga perasaanmu akan lebih aku perhatikan. Mari kita tuai bahagia, melalui hal-hal kecil yang kita lakukan. Rahmad Arisandi | 12/02/2018

Semacam Catatan || Patah Hati Terancana

Setidaknya kau tau rasanya kecewa itu seperti apa. Patah hati ada untuk kita nikmati, bukan untuk di ratapi dengan fase yang berkepanjangan. Tangis yang membilur di kelopak matamu, perih yang menyesak di dadamu, urailah dengan kehangatan senja dan satu buah teh manis hangat. Karena mungkin kopi terlalu pahit untuk di nikmati. Patah hati adalah resiko jatuh cinta. Dan luka akan ada di setiap denting bahagia. Patah hati dan jatuh cinta adalah dua hal yang tidak bisa di pisahkan dari kehidupan manusia. Selama nafas, selama hati masih mempu berdebar, dan jantung masih berirama, dua hal itu akan tetap terus bergantian memenuhi koridor kehidupan manusia. Memasuki ruang-ruang sempit dalam perasaan, sebagian ada yang menetap lama, sebagian pergi secara suka rela. Syukuri semua perih yang terasa. Akan ada hikmah di balik duka dan kecewa. Hati yang patah akan tumbuh kembali, harapan yang musnah akan terbangun lagi. Selama hati mampu untuk jatuh cinta kembali setelah patah hati, semua akan berj

Semacam Catatan || Surat Untuk Mantan

Aku pernah menyerahkan seluruh perasaan dan mimpiku kepadamu. Aku pernah sekuat tenaga memperjuangkanmu dengan sepenuh hati dan usaha. Namun. Ahh, semua berujung pada luka yang teramat sangat, kau menusukku dengan penghianatan yang begitu mendalam. Kini tak lagi ada rasa dalam dada, untukmu cintaku telah musnah. Dulu, kau hancurkanku sehancur-hancurnya. Menyayat perasaan tanpa ampun. Menenggelamkan diriku sedalam-dalamnya, hingga aku hampir tak mampu berdiri dan bermimpi. Tapi, lambat namun pasti. Hari-hari terus berjalan, perlahan perasaanku mulai utuh kembali. Tanpa aku sadari, alam semesta membuat diriku berproses dan terus berproses menjadi lebih baik. Rekan seperjuangan, orang-orang yang tersayang, membantuku secara suka rela. Hingga membuat diriku benar-benar kembali seperti semula. Dan kini aku sudah menikmati, prihal aku yang  tak lagi menyandang gelar: kekasihmu. Sebab hati sudah relakan, kau yang pergi meninggalkan. Surat ini aku tulis setelah proses panjang melupakanmu