Aku pernah menyerahkan seluruh perasaan dan mimpiku kepadamu. Aku pernah sekuat tenaga memperjuangkanmu dengan sepenuh hati dan usaha. Namun. Ahh, semua berujung pada luka yang teramat sangat, kau menusukku dengan penghianatan yang begitu mendalam.
Kini tak lagi ada rasa dalam dada, untukmu cintaku telah musnah.
Dulu, kau hancurkanku sehancur-hancurnya. Menyayat perasaan tanpa ampun. Menenggelamkan diriku sedalam-dalamnya, hingga aku hampir tak mampu berdiri dan bermimpi.
Tapi, lambat namun pasti. Hari-hari terus berjalan, perlahan perasaanku mulai utuh kembali. Tanpa aku sadari, alam semesta membuat diriku berproses dan terus berproses menjadi lebih baik.
Rekan seperjuangan, orang-orang yang tersayang, membantuku secara suka rela. Hingga membuat diriku benar-benar kembali seperti semula.
Dan kini aku sudah menikmati, prihal aku yang tak lagi menyandang gelar: kekasihmu. Sebab hati sudah relakan, kau yang pergi meninggalkan.
Surat ini aku tulis setelah proses panjang melupakanmu, setelah keikhlasan memenuhi relung dadaku. Setelah aku sadar bahwa patah hati bukan untuk di ratapi, tapi untuk di nikmati. Terimakasih atas segala luka, karenamu aku bisa hidup lebih baik.
Rahmad Arisandi | 07/02/2018
Comments
Post a Comment