Skip to main content

Ingin Jadi Penulis : lianku. chapter5 (fiksi)

Kelaspun jadi begitu ramai dengan obrolan dari teman-teman. Entah apa yang mereka bicarakan, mungkin heran melihat kami berpelukan. Ibu riri pun ikut heran melihat kami. Dia seperti terperangah dengan apa yang kami lakukan. Dengan nada bertanya-tanya dia mulai berbicara.
“kalian sudah saling kenal sebelumnya nak?? tanya ibu riri.


Mendengar pertanyaan itu, Aku pun lantas sadar dan melepaskan pelukanku ke Lian, lian pun ikut melepasnya. kami menjelaskannya dengan wajahku yang masih berlinang air mata, lian pun begitu tapi tak banyak, hanya sedikit.  

“Iyaa buk kami sudah saling kenal sebelumnya, kami adalah sahabat dari kecil. Tapi sejak SMP saya pindah ke Air hitam, oleh karena ayah saya yang dipindah tugaskan ke sana, Ayah saya seorang TNI” lian menjawab.

Aku hanya diam, dan kemudian melanjutkan penjelasan lian. “itu sebabnya saya berlari dan memeluk lian tadi, ibu  mengerti kan perasaan saya?? Saya begitu rindu dengan Lian. Ibu bisa membayangkan kan, bagaimana perasaannya berpisah dengan orang yang ibu sayangi selama 5 tahun??.

“iyaa nak, ibu ngerti, ibu tau perasaan Lia dan Lian. Yasudah, sekarang kalian kembali ketempat duduk kalian masing-masing” kata ibu riri.
“Iyaa buk” jawab kami serentak.

“Lian,,, berhubung kamu murid baru, kamu duduk dengan kholik ya, kebetulan dia duduk sendirian”
“iyaa bu”
“kholik,,, kamu berbagi tempat ya dengan lian”
“iyaa buk” kholik menjawab.

“baik lah anak-anak, mari kita mulai pelajarannya”…….
“baik buu” jawab serentak kami sekelas …………..

10.15… cringgg, cringggggg. bel istirahat berbunyi.
Aku menyimpul buku pelajaran MTK. Kulihat lian dari sela-sela teman-teman yang sedang sibuk berjalan menuju kekantin. Lian sedang menyimpul buku juga sepertinya. Kuambil bekalku yang ku buat sewaktu pagi tadi, lalu ku hampiri lian.

“lian, mau gak” tanyaku sambil tersenyum..
“nggak ah” lian menolak santay..
“masa gak mau sihh?? Ini masakanku loh. mau yaa??” bujukku.
“hmm, ada syaratnya tapi??” lian mengatakan itu sambil mengelus dagunya, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
“ihh lian. Masa ada syaratnya (sambil kupukul-pukul lengannya. Yaudah iyaa, apa syaratnya??”
“suapin yaa, hehehe” lian tertawa kecil..
“liann ahh, kayak anak kecil. Hmm,, iyaa deh okeee. Pengen jugak nyuapin Lianku ini”
"Rindu taukk,, ” tiba-tiba aku bicara seperti itu
“rindu banget yaa liaa??” Tanya lian..
“iyaa,, lian. Aku rindu banget sama kamu, jangan pergi lagi yaa”
“iyaa liaa, aku gak akan pergi lagi”
“ janji”
“iyaa janji liaa”
Seraya Kami menyatukan jari kelingking kami..

Sejak hari itu, aku dan lian tak pernah melewatkan seharipun untuk bersama. Kami selalu berangkat sekolah bareng, kekantin bareng, ngerjain tugas bareng. Kadang malah dia yang ngerjain tugasku.

Pernah  suatu sore aku meminta tolong ke dia untuk membantuku mengerjakan tugas. Waktu itu lian sedang main di rumahku.
“lian, bantuin aku ngerjain tugas yaa??”
“iyaa liaa, tugas apa lia??” tanyaanya
“tugas bahasa Indonesia. Suruh buat cerpen”
“ohh,  iyaa lia. Gimana kalau kita ngerjain tugasnya di taman tepian cik minah. Kan asik tuh. Kita bias sambil ngobrol dan lihat sunset. Yokkk” tawar lian..
hmm,, sambil sok mikir, lalu kujawab Lian
“okee deh lian, jalan aja  yuk, kan deket”
“yaudah yuk”..


Next episode..

Comments

Popular posts from this blog

Hidup dan impian

Assalamualaikum. Malem gays, apa kabs? Semoga selalu dalam lindunganNya ya. Langsung read lah :). Sesungguhnya hidup akan sia-sia tanpa adanya tujuan, hidup pula akan hampa tanpa impian. Banyak ilustrasi untuk menggambarkan sebuah kehidupan. Menurut ku hal itu wajar-wajar saja, mengingat setiap manusia itu punya karakternya masing-masing, dan masing-masing manusia pun punya cara tersendiri untuk mengambil pelajaran yang ia alami dari masa lalu. Contoh saja, ada yang menggambarkan kehidupan layaknya seperti sungai yang mengalir. Mungkin gambaran itu benar, tapi tak selamanya menjadi sebuah patokan. Hidup itu memang akan terus mengalir seperti sungai, sama dengan waktu yang akan terus berjalan dan berlalu. Tapi, sungai itu mengalir kebawah, tidak sama seperti manusia yang harus selalu naik ke atas. Maksudnya, dari perjalanan hidupnya setiap hari, setiap manusia harus terus belajar menjadi lebih baik, dan baik lagi. Kehidupan di dunia ini tidak sama seperti cerita-cerita di "No

3 unsur fotografi (threengle)

Sebelum kita mempelajari teknik-teknik fotografi, sebaiknya kita mengetahui apa unsur pembentuk dari fotografi tersebut. Dalam postingan aku sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa "Fotografi adalah seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada objek/permukaan yang dipekakan". Nah, dari sini kita bisa menggaris bawahi, bahwa unsur fotografi ini sebenarnya tidak banyak. Menurut pendapat aku. Dari yang aku pelajari dari artikel-artikel yang ada di Internet. Ada 3 unsur pokok pembentuk fotografi ini. 1. Pencahayaan (lighting)    Ini adalah hal utama penentu hasil foto bagus atau tidaknya. Karena tanpa adanya cahaya. Pasti hasil foto itu gelap. Kenapa? Ini sudah termuat dalam prinsip kerja kamera. Prinsip kerja kamera adalah menangkap cahaya. Cahaya masuk ke kamera lewat lensa (Subjek dapat dilihat terlebih dahulu melalui view finder), difokuskan agar diterima oleh sensor cahaya yang memilah-milah cahaya berdasarkan komponennya. Informasi mengenai konsentrasi komponen cahaya in

Pertemuan Singkat

Seperti biasa, setiap sore menjelang Inara selalu menyiram tanaman di kebun bunga yang terletak di halaman depan rumahnya. tatkala, ia selalu saja tak lupa memegangi dengan lembut bunga-bunga yang sudah mulai merangkak layu. "hmm" inara bergumam, merasakan harumnya bunga-bunga di kebun itu. sinar senja sore dari balik-balik pohon di luar sana menambah ketenangan hati, angin pun tak lupa sesekali berhembus lambat namun terasa nikmat untuk tak lupa selalu saja membuat Rara ( Nama panggilan Inara) terenyuh merasakannya. Di tempat lain,  seorang pemuda berumur 23 Tahun sedang terburu-buru menembus waktu. Ia mengayuh sepedanya dengan kencang, melewati gang-gang kecil di komplek perumahan elit di daerah kota jambi. Namanya Gibran, seorang mahasiswa jurusan pertanian di salah satu universitas negeri di jambi. Ia harus secepatnya sampai ketempat kerja kalau tidak ingin di pecat. setidaknya sudah 2 kali teguran yang gibran terima dari perusahaan, padahal belum ada satu bulan gibran