Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2017

Sebuah Jurnal || Akhir dari sebuah awal

Semua orang yang tengah melakukan perjalanan, pasti pernah jenuh, pasti pernah letih. Yang berjuang sekuat tenaga, yang mengorbankan waktu dan segala usaha. Pasti akan merasa lelah pada waktunya. Tidak mungkin tidak. Karena kita hidup di atas keteraturan semesta, yang tidak bisa diatur oleh fikiran manusia. Ada saatnya, waktu membawamu pada dimensi 'ke tidak nyamananannya'. Ada saatnya, kamu berkata "ah sudah, aku capek". Jangan katakan selamat tinggal. Mungkin terlalu naif dikatakan. Karena sesuatu yang pernah kita tinggali, tidak akan pernah benar-benar bisa kita tinggal pergi. Hidup juga butuh sebuah destinasi yang bernama 'kenangan', agar hidup tidak terlalu fokus memandang kedepan. Improvisasi saja. Nikmati saja. Jalani saja. Melangkah saja. Perlahan saja. Menapaklah pelan-pelan. Genapkan apa yang masih ganjil. Saturasikan jika masih belum mampu seimbang. Selama kurun waktu 60 hari. Atau sekitar 2 bulan kedepan. Aku akan menjauhi sejenak ingar-bingar d

Sebuah jurnal || Hai masa lalu (Puisi 1)

Malam ini, angin bersiul riang. Pohon-pohon menyanyikan suara khasnya. Daun-daun berguguran jatuh berayunan. Ada aku yang terduduk disudut rumah, menatap langit yang cerah. Gemerlap gemintang tersenyum merekah. Kudengarkan suara-suara itu, menikmati malam di sesunyi Rindu. Tatkala, langkahku menelaah menuju kenangan. Menerka rasa yang terlanjur jatuh lalu tenggelam. Halaman per halaman ku buka, kenangan tentang kita mungkin pernah membuatku bahagia. Ada beberapa janji yang sempat kita buat, namun belum sempat kita berbuat. Semua sudah berakhir sebelum mampu kita wujudkan. Semoga kau mengikhlaskan, karena aku juga sudah mengikhlaskan. Maaf menyapamu, aku hanya rindu. Namun, rinduku bukan bermaksud ingin pulang lalu mengulang. Rinduku hanya sebatas pulang dan mengenang. Semua tentangmu, sudah ku coret dengan sebuah garis lurus. Tidak. Aku tidak akan menghapusmu. Biar bagaimanapun kau pernah menjadi bagian dari dalam raga, pernah menjadi tempat tubuh menyerkap lelah. Aku tidak seego i

Sebuah jurnal || Sesuatu yang tumbuh diam-diam

Maret menjadi pertemuan sederhana. Sejak pertama kali tangan kita berjabat. Sejak jari-jari lembutmu menggenggam tanganku. Sejak kau mengucap namamu.  Dan ketika tatapan mata kita untuk pertama kalinya bertemu. Dalam diamnya kita saling membisu. Wajahmu seakan menjadi bomnya, membuatku melebur berkeping-keping. Mata coklatmu membuatku terdiam sepersekian detik. Rambut panjangmu, membuatku hanya mampu semakin terpaku dalam bisu. Setelah perkenalan singkat itu. Lalu sekejap kemudian, kau menghilang. Mungkin ke langit, tempat semestinya bintang berada. Ku fikir pertemuan kita kali itu yang terakhir. Dan setelah hari itu, aku kembali menjalani rutinitas ku seperti biasa, menjadi seorang manusia pada umumnya. Belajar, menulis, berkelana, dan menyambangi tempat-tempat baru. Berkenalan dengan orang-orang baru. Tanpa terasa sudah hampir satu tahun sejak hari itu. Ternyata semesta berkehendak lain. Tiba-tiba sebuah pesan singkat melesat memasuki handphone-ku. Dan entah bagaimana, dari sebuah

Sebuah jurnal || Ketika jenuh menghampiri

'Jenuh' Jangan katakan. Sekali-kali jangan mengucapkan. Atau kau akan kehilangan banyak waktu untuk mewujudkan. Bukan tidak boleh, tapi 'jeda' juga punya tempat. Jangan sekarang. Jangan di saat kamu sedang di hadapkan dengan berbagai kesibukan. Nanti saja, ketika sudah sampai di tempat yang agak senggang. Dimana ada sedikit ruang untuk merebahkan badanmu. Dan menaruh semua ingar-bingar dan sedikit waktu untuk melepaskan letihmu. Sebenarnya, menghadapi berbagai rutinitas akan menyenangkan jika kamu menikmatinya. Jangan memikirkan hal-hal beresiko. Karena otak juga bekerja layaknya komputer. Ketika kau membuka banyak ruang, maka otakpun akan bekerja lamban. Membuat waktu kita terbuang, dan akhirnya apa pun yang kita kerjakan tidak akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Aturlah perasaanmu, jangan kecewakan dirimu. Karena ketika kau memaksakan yang bukan menjadi kehendakmu, maka 'sakit' yang akan kau dapat. Maka 'sia-sialah' apa yang kamu kerjakan. Solu

Sebuah jurnal || Kebahagiaan tak pernah pergi

Salam ... Ada sebuah lagu yang pernah aku dengar. Di salah satu bait liriknya termaktub kalimat berikut di bawah. "Berhentilah meratapi, sesuatu yang tak kan kembali. Kebahagiaan tak pernah pergi, kau mungkin tengok arah yang salah" Kalimat yang berujung mengilhamiku prihal perasaan. Perasaan yang mengandung berbagai persepsi prihal "kebahagiaan". Setelah mencerna satu demi satu, dan meneliti lebih jauh. Aku menemukan jawaban tentang maksud kalimat tersebut di atas ; bahwa sesungguhnya kemerdekaan diriku terletak pada keyakinan yang aku putuskan sendiri. Tidak bergantung pada pendapat orang lain. Maupun paksaan dari orang lain. Orang lain hanya sebagai perantara antara pandangan yang aku ciptakan dan kejujuran nuraniku. Maksudku mengenai apa yang harus aku pilih. Dan sekarang aku memilih; Untuk tetap bahagia, meski sesakit apapun rasa yang tertanam dalam raga. Karena "kebahagiaan itu di ciptakan, bukan di tunggu". Dan semua konspirasi prihal apapun y

Sebuah jurnal || Belajar menerima keadaan

"Maaf, anda belum beruntung". Seringkali beberapa orang takut akan kegagalan. Takut menerima kenyataan yang menyakitkan. Padahal sebuah 'jatuh' adalah hal yang tidak bisa di hindari ketika kita mau maju dan menjadi manusia yang lebih baik. Ini bukan tips. Ini adalah perkataan dari seseorang yang pernah jatuh. berkali-kali pernah patah. Pernah terluka dan kecewa. Bahkan sekarang sedang mencoba bangkit dari rasa sakit. Mencoba menata ulang kembali rangkaian rencana yang menjadi bagian-bagian kecil yang hampir tidak bisa terlihat oleh mata. Ada yang harus perlu di perhatikan ! "Lihat dirimu. Tataplah cermin. Tunjukan senyum terbaikmu pada dirimu yang terletak di bayangan cermin. Tarik nafas lah dalam-dalam. Lalu hembuskan dengan perlahan. Kemudian ikuti perkataanku". "Aku pantas untuk bahagia". Karena yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu adalah bertahan pada perasaan yang sudah tidak lagi nyaman. Belajarlah menerima sesuatu yang datan

Sebuah jurnal || Menikmati perjalanan

Cara paling terbaik untuk mencintai perjalanan adalah dengan menikmatinya . Menikmati setiap fase dan tahap demi tahap, alur-demi-alur. Belajar menerima keadaan, belajar mempelajari perjalanan. Setiap hal yang akan di tuju, pastilah mempunya suka-duka, bangkit-jatuh, jenuh-nikmat. Setiap orang yang sudah menentukan arah dan melangkah, haruslah sudah semestinya menerima setiap masalah. Harus sudah ikhlas dengan segala realitas. Harus sudah ridho dan pasrah. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk hambanya. Berjalan, berarti sedang melaksanakan. Berproses artinya, tengah bersuka-cita menuju tujuan. Nikmati saja. Jika suatu nanti kamu kalah, jangan menyerah. Mencobalah tetap untuk tidak goyah. Mencoba lah untuk tetap berdiri melawan lelah. Cobalah untuk tetap tangguh menahan kalah. Ingat komitmenmu. Kamu sudah menentukan. Kamu sudah melalui proses itu setengah jalan. Mundur... Mundur bukanlah sebuah solusi. Justru itu adalah hal yang paling pantang di lalui. Sekali-kali jangan per

Sebuah jurnal || Menentukan langkah

Ada sebebabnya seseorang masih belum beranjak dari tempat ia berdiri. Mungkin belum mampu menentukan langkah, mungkin masih nyaman dengan tempat yang ia singgah. Seharusnya mereka mengerti, namun kenapa beberapa orang malah sibuk menghakimi. Sibuk mengurusi rencana seseorang yang sedang merajut mimpi. Sibuk ikut memorakporandakan barisan-barisan tujuan. Seharusnya mereka mengerti. Seharusnya mereka jangan protes, jangan memprotes. Dunia tidak berputar di sekitar kalian. Dia tau apa yang harus di lakukan. Dia tau kemana arah yang akan dia langkahkan. Belum tentu apa yang kalian anggap baik, menjadi hal yang baik buatnya. Hal terbaik itu tercipta dari rencana dan eksekusi yang matang. Mungkin itu yang sedang ia lakukan sekarang. Nanti ada saatnya kalian di tanya. Mengenai hal-hal yang belum ia pahami. Meminta saran tentang hal-hal yang tidak ia mengerti. Saat seperti itulah, kalian mengeluarkan ide-ide kalian. Saat itulah kalian membagi pengalaman-pengalaman kalian. Dia pasti bisa men

Sebuah jurnal || Serangkaian pilihan

Hidup . Hidup tercipta dari sebuah keinginan. Hidup berjalan karena hembusan nafas sebuah tujuan. Seiringan dengan itu, beredar pula pusat dari semestanya kehidupan. Dan dia adalah takdir. Takdir adalah representasi dari kekuatan alam semesta. Kekuatan Tuhan pencipta dan pengatur alam raya. Namun, diantara takdir-takdir yang sudah termaktub  dan terakumulasi dalam tinta kehidupan. Terselip sebuah kebebasan untuk menentukan arah dan pilihan yang hendak kamu tujukan. Namun, begitulah. Semua kembali lagi pada niat dan usaha yang kamu perjuangkan. Jika perjuanganmu layak untuk di  kategorikan sebagai 'perjuangan' yang patut di beri apresiasi. Semesta pasti berpihak kepadamu. Tuhan pasti memberimu sesuatu yang sepadan dengan yang telah kamu usahakan. Usaha adalah  senjata terbaik. Doa adalah peluru Terkuat. Tidak menyerah adalah kekuatan tambahan. Dan menepis kegagalan adalah kesempurnaan dari pahit-manisnya perjuangan. Setiap episode dalam kehidupan. Selalu tercecer serangkaian

Sebab Aku Mencintaimu

Bermulai dari sebuah "hei apa kabar?". Kau menjadi seseorang yang kini selalu aku fikirkan. Dan entah kenapa, degub dada semakin berdetak tak karun. Apa lagi kemarin, sejak tatapan awal mata kita bertemu. Rasanya jantungku ingin keluar dari sarangnya. Maaf. Tapi begitulah kenyataannya. Cinta tidak bisa di tebak kapan datangnya. Dan kamu, adalah yang kini sedang mengisi relung dada. Aku percaya, cinta ini titipan. Tuhan menitipkannya padaku agar aku bersyukur dan lebih dekat padanya. Tuhan juga menitipkan cinta ini agar aku menjaganya. Menjaga dengan setulus dan seikhlas hati. Sebab aku mencintaimu, maka izinkanlah aku menjaga dan Menyayangimu. Sebab aku mencintaimu, maka izinkanlah aku untuk berjuang dan berusaha untuk membahagiakanmu. Tunggulah aku, doakanlah aku. Semoga Tuhan tetap menjaga keutuhan cinta ini dengan balutan Iman dan kesucian dariNya. Marilah, kita berdoa bersama untuk meminta keridhoan dan RestuNya. Marilah, kita berdoa bersama, semoga kita kelak di pert

Apa salahnya berkarya? Salahkah? || Part 2 (end)

Apa salahnya berkarya? Salahkah? ......... Baiklah, saya akan melanjutkan artikel yang kita bahas kemaren. Eh, maksud saya, yang saya bahas kemaren. Tidak ada yang salah dalam berkarya. Karena setiap rasa dalam sebuah karya adalah warna dalam perbedaan yang tumbuh di antara manusia. Ya, begitulah kita hidup. Tidak ada manusia yang benar-benar sama di dunia ini. Bahkan untuk si kembar sekalipun. Setiap manusia punya cara tersendiri untuk berkarya. Setiap manusia punya cara tersendiri untuk menuangkan kegelisahan yang tertambat di hatinya. Dan begitulah. Namun, beberapa manusia membuat sebuah karya bukan karena cinta. Namun karena ambisi dan ketenaran. Ia ingin di puji, ia mengharapkan penghargaan. Ohh, sungguh itu tidak benar. Tujuan yang buruk, yang akan membuat seseorang tersuruk. Bisa di simpulkan sekarang. Berkarya itu tidak salah, namun tujuan dari karya itu sendiri yang membuatnya jadi salah. Sekarang, coba carilah tempat tersepi. Merenunglah. Pejamkan matamu, ikuti kata h

Apa salahnya berkarya? Salahkah? || Part 1

Assalamualaikum ... Selamat sore๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š Kabar guys??? Samoga baik dan sehat ya,,, amin. Masuk yuk➡ ++++++++ Apa yang salah sih dengan berkarya?? Kadang beberapa orang sewot saja dengan karya kita. Mengomentari seenaknya, mencaci sesukanya. Padahal belum tentu dia mampu membuat yang lebih baik, dari apa yang kita buat sekarang. Irikah?? Jauhi, jauh-jauh sifat yang kekanak- kanakan seperti itu. Sungguh sangat tidak bermanfaat bagi kemajuan regenerasi. Kritikan itu bagus, saran itu bagus. Namun jangan sampai mempengaruhi psikologis sang pembuat karya. Kadang keritikan yang sangat pedas seperti itu bisa membuat seseorang jatuh mental dan akhirnya putus asa. Tidak lagi mampu mengembangkan karyanya. Tidak lagi mampu menuangkan ide-ide kreatifnya. Ayolah, jangan saling menghasut, jangan saling menjatuhkan, jangan saling iri. Apa lagi memendam dengki. Kita itu Indonesia. Satu visi dan misi. Berkaryalah tanpa takut terhimpit keadaan. Jangan takut kalah, karena setiap perjuangan kadang