Skip to main content

Sebuah jurnal || Sesuatu yang tumbuh diam-diam

Maret menjadi pertemuan sederhana. Sejak pertama kali tangan kita berjabat. Sejak jari-jari lembutmu menggenggam tanganku. Sejak kau mengucap namamu.  Dan ketika tatapan mata kita untuk pertama kalinya bertemu. Dalam diamnya kita saling membisu. Wajahmu seakan menjadi bomnya, membuatku melebur berkeping-keping. Mata coklatmu membuatku terdiam sepersekian detik. Rambut panjangmu, membuatku hanya mampu semakin terpaku dalam bisu. Setelah perkenalan singkat itu. Lalu sekejap kemudian, kau menghilang. Mungkin ke langit, tempat semestinya bintang berada.

Ku fikir pertemuan kita kali itu yang terakhir. Dan setelah hari itu, aku kembali menjalani rutinitas ku seperti biasa, menjadi seorang manusia pada umumnya. Belajar, menulis, berkelana, dan menyambangi tempat-tempat baru. Berkenalan dengan orang-orang baru.

Tanpa terasa sudah hampir satu tahun sejak hari itu. Ternyata semesta berkehendak lain. Tiba-tiba sebuah pesan singkat melesat memasuki handphone-ku. Dan entah bagaimana, dari sebuah 'hei apa kabar?' kita menjadi dua orang yang saling tersenyum dikala membaca kalimat-kalimat lucu dalam percakapan kita di perpesanan.

Dan kini, aku semakin melebur dalam dimensimu. Ada sesuatu yang tumbuh diam-diam. Terus tumbuh dan tumbuh semakin kuat. Mungkin kalau bisa diibaratkan seperti sebuah narkotika, kau mungkin bisa di ibaratkan menjadi yang paling memabukkan. Dan aku rela jadi candu agarselalu melihat senyummu. Aku rela mengorbankan apapun demi bisa melihat wajahmu sekali lagi-lagi dan lagi.

Semoga, tatkala semesta mempertemukan kita kembali.

Comments

Popular posts from this blog

Hidup dan impian

Assalamualaikum. Malem gays, apa kabs? Semoga selalu dalam lindunganNya ya. Langsung read lah :). Sesungguhnya hidup akan sia-sia tanpa adanya tujuan, hidup pula akan hampa tanpa impian. Banyak ilustrasi untuk menggambarkan sebuah kehidupan. Menurut ku hal itu wajar-wajar saja, mengingat setiap manusia itu punya karakternya masing-masing, dan masing-masing manusia pun punya cara tersendiri untuk mengambil pelajaran yang ia alami dari masa lalu. Contoh saja, ada yang menggambarkan kehidupan layaknya seperti sungai yang mengalir. Mungkin gambaran itu benar, tapi tak selamanya menjadi sebuah patokan. Hidup itu memang akan terus mengalir seperti sungai, sama dengan waktu yang akan terus berjalan dan berlalu. Tapi, sungai itu mengalir kebawah, tidak sama seperti manusia yang harus selalu naik ke atas. Maksudnya, dari perjalanan hidupnya setiap hari, setiap manusia harus terus belajar menjadi lebih baik, dan baik lagi. Kehidupan di dunia ini tidak sama seperti cerita-cerita di "No

3 unsur fotografi (threengle)

Sebelum kita mempelajari teknik-teknik fotografi, sebaiknya kita mengetahui apa unsur pembentuk dari fotografi tersebut. Dalam postingan aku sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa "Fotografi adalah seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada objek/permukaan yang dipekakan". Nah, dari sini kita bisa menggaris bawahi, bahwa unsur fotografi ini sebenarnya tidak banyak. Menurut pendapat aku. Dari yang aku pelajari dari artikel-artikel yang ada di Internet. Ada 3 unsur pokok pembentuk fotografi ini. 1. Pencahayaan (lighting)    Ini adalah hal utama penentu hasil foto bagus atau tidaknya. Karena tanpa adanya cahaya. Pasti hasil foto itu gelap. Kenapa? Ini sudah termuat dalam prinsip kerja kamera. Prinsip kerja kamera adalah menangkap cahaya. Cahaya masuk ke kamera lewat lensa (Subjek dapat dilihat terlebih dahulu melalui view finder), difokuskan agar diterima oleh sensor cahaya yang memilah-milah cahaya berdasarkan komponennya. Informasi mengenai konsentrasi komponen cahaya in

Pertemuan Singkat

Seperti biasa, setiap sore menjelang Inara selalu menyiram tanaman di kebun bunga yang terletak di halaman depan rumahnya. tatkala, ia selalu saja tak lupa memegangi dengan lembut bunga-bunga yang sudah mulai merangkak layu. "hmm" inara bergumam, merasakan harumnya bunga-bunga di kebun itu. sinar senja sore dari balik-balik pohon di luar sana menambah ketenangan hati, angin pun tak lupa sesekali berhembus lambat namun terasa nikmat untuk tak lupa selalu saja membuat Rara ( Nama panggilan Inara) terenyuh merasakannya. Di tempat lain,  seorang pemuda berumur 23 Tahun sedang terburu-buru menembus waktu. Ia mengayuh sepedanya dengan kencang, melewati gang-gang kecil di komplek perumahan elit di daerah kota jambi. Namanya Gibran, seorang mahasiswa jurusan pertanian di salah satu universitas negeri di jambi. Ia harus secepatnya sampai ketempat kerja kalau tidak ingin di pecat. setidaknya sudah 2 kali teguran yang gibran terima dari perusahaan, padahal belum ada satu bulan gibran