Maret menjadi pertemuan sederhana. Sejak pertama kali tangan kita berjabat. Sejak jari-jari lembutmu menggenggam tanganku. Sejak kau mengucap namamu. Dan ketika tatapan mata kita untuk pertama kalinya bertemu. Dalam diamnya kita saling membisu. Wajahmu seakan menjadi bomnya, membuatku melebur berkeping-keping. Mata coklatmu membuatku terdiam sepersekian detik. Rambut panjangmu, membuatku hanya mampu semakin terpaku dalam bisu. Setelah perkenalan singkat itu. Lalu sekejap kemudian, kau menghilang. Mungkin ke langit, tempat semestinya bintang berada.
Ku fikir pertemuan kita kali itu yang terakhir. Dan setelah hari itu, aku kembali menjalani rutinitas ku seperti biasa, menjadi seorang manusia pada umumnya. Belajar, menulis, berkelana, dan menyambangi tempat-tempat baru. Berkenalan dengan orang-orang baru.
Tanpa terasa sudah hampir satu tahun sejak hari itu. Ternyata semesta berkehendak lain. Tiba-tiba sebuah pesan singkat melesat memasuki handphone-ku. Dan entah bagaimana, dari sebuah 'hei apa kabar?' kita menjadi dua orang yang saling tersenyum dikala membaca kalimat-kalimat lucu dalam percakapan kita di perpesanan.
Dan kini, aku semakin melebur dalam dimensimu. Ada sesuatu yang tumbuh diam-diam. Terus tumbuh dan tumbuh semakin kuat. Mungkin kalau bisa diibaratkan seperti sebuah narkotika, kau mungkin bisa di ibaratkan menjadi yang paling memabukkan. Dan aku rela jadi candu agarselalu melihat senyummu. Aku rela mengorbankan apapun demi bisa melihat wajahmu sekali lagi-lagi dan lagi.
Semoga, tatkala semesta mempertemukan kita kembali.
Comments
Post a Comment