Skip to main content

Sebuah jurnal || Hai masa lalu (Puisi 1)

Malam ini, angin bersiul riang. Pohon-pohon menyanyikan suara khasnya. Daun-daun berguguran jatuh berayunan. Ada aku yang terduduk disudut rumah, menatap langit yang cerah. Gemerlap gemintang tersenyum merekah. Kudengarkan suara-suara itu, menikmati malam di sesunyi Rindu.

Tatkala, langkahku menelaah menuju kenangan. Menerka rasa yang terlanjur jatuh lalu tenggelam. Halaman per halaman ku buka, kenangan tentang kita mungkin pernah membuatku bahagia. Ada beberapa janji yang sempat kita buat, namun belum sempat kita berbuat. Semua sudah berakhir sebelum mampu kita wujudkan. Semoga kau mengikhlaskan, karena aku juga sudah mengikhlaskan.

Maaf menyapamu, aku hanya rindu. Namun, rinduku bukan bermaksud ingin pulang lalu mengulang. Rinduku hanya sebatas pulang dan mengenang.

Semua tentangmu, sudah ku coret dengan sebuah garis lurus. Tidak. Aku tidak akan menghapusmu. Biar bagaimanapun kau pernah menjadi bagian dari dalam raga, pernah menjadi tempat tubuh menyerkap lelah. Aku tidak seego itu, aku masih butuh semua tentangmu. maksudku, semua yang telah kita lewati, bisa membuatku belajar menjadi seseorang yang lebih baik nanti. Karena di masa depan, Sudah ada seseorang yang menungguku. seseorang yang kelak akan menjadi rumah untuk menghapus lelah.

Jejak rindu ini hanya sebatas menyapa. Baik-baik di sini ya. Aku pamit. Kelak aku akan tetap menyambangimu. Mari bahagia. Tanpa membenci masa lalu tentang kita. Kau dengan hati baru. dan aku dengan hati baru. Kelak, semoga kita di pertemukan sebagai seorang sahabat yang saling mendukung dan memberi semangat.
.
.
Terimakasih 😊
.

-Rahmad Arisandi 28/10/2017

Comments

Popular posts from this blog

Hidup dan impian

Assalamualaikum. Malem gays, apa kabs? Semoga selalu dalam lindunganNya ya. Langsung read lah :). Sesungguhnya hidup akan sia-sia tanpa adanya tujuan, hidup pula akan hampa tanpa impian. Banyak ilustrasi untuk menggambarkan sebuah kehidupan. Menurut ku hal itu wajar-wajar saja, mengingat setiap manusia itu punya karakternya masing-masing, dan masing-masing manusia pun punya cara tersendiri untuk mengambil pelajaran yang ia alami dari masa lalu. Contoh saja, ada yang menggambarkan kehidupan layaknya seperti sungai yang mengalir. Mungkin gambaran itu benar, tapi tak selamanya menjadi sebuah patokan. Hidup itu memang akan terus mengalir seperti sungai, sama dengan waktu yang akan terus berjalan dan berlalu. Tapi, sungai itu mengalir kebawah, tidak sama seperti manusia yang harus selalu naik ke atas. Maksudnya, dari perjalanan hidupnya setiap hari, setiap manusia harus terus belajar menjadi lebih baik, dan baik lagi. Kehidupan di dunia ini tidak sama seperti cerita-cerita di "No

3 unsur fotografi (threengle)

Sebelum kita mempelajari teknik-teknik fotografi, sebaiknya kita mengetahui apa unsur pembentuk dari fotografi tersebut. Dalam postingan aku sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa "Fotografi adalah seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada objek/permukaan yang dipekakan". Nah, dari sini kita bisa menggaris bawahi, bahwa unsur fotografi ini sebenarnya tidak banyak. Menurut pendapat aku. Dari yang aku pelajari dari artikel-artikel yang ada di Internet. Ada 3 unsur pokok pembentuk fotografi ini. 1. Pencahayaan (lighting)    Ini adalah hal utama penentu hasil foto bagus atau tidaknya. Karena tanpa adanya cahaya. Pasti hasil foto itu gelap. Kenapa? Ini sudah termuat dalam prinsip kerja kamera. Prinsip kerja kamera adalah menangkap cahaya. Cahaya masuk ke kamera lewat lensa (Subjek dapat dilihat terlebih dahulu melalui view finder), difokuskan agar diterima oleh sensor cahaya yang memilah-milah cahaya berdasarkan komponennya. Informasi mengenai konsentrasi komponen cahaya in

Pertemuan Singkat

Seperti biasa, setiap sore menjelang Inara selalu menyiram tanaman di kebun bunga yang terletak di halaman depan rumahnya. tatkala, ia selalu saja tak lupa memegangi dengan lembut bunga-bunga yang sudah mulai merangkak layu. "hmm" inara bergumam, merasakan harumnya bunga-bunga di kebun itu. sinar senja sore dari balik-balik pohon di luar sana menambah ketenangan hati, angin pun tak lupa sesekali berhembus lambat namun terasa nikmat untuk tak lupa selalu saja membuat Rara ( Nama panggilan Inara) terenyuh merasakannya. Di tempat lain,  seorang pemuda berumur 23 Tahun sedang terburu-buru menembus waktu. Ia mengayuh sepedanya dengan kencang, melewati gang-gang kecil di komplek perumahan elit di daerah kota jambi. Namanya Gibran, seorang mahasiswa jurusan pertanian di salah satu universitas negeri di jambi. Ia harus secepatnya sampai ketempat kerja kalau tidak ingin di pecat. setidaknya sudah 2 kali teguran yang gibran terima dari perusahaan, padahal belum ada satu bulan gibran