KAU
Tatkala malam ini jutaan bintang menempel di angkasa, aku di bumi melihatnya dengan penuh suka cita. Pendarnya mungkin tak seterang bulan kala purnama, tapi kerlap-kerlipnya mampu menenangkan hatiku saat melihatnya; indah.
Adalah kau yang mulai berkelabat dalam kepala. Menjadikan ruang merindukanmu sebagai puisi, menjadikanmu sebagai bahan obrolanku dengan semesta malam ini.
Kau adalah genap dalam ganjilku, cukup dalam kurangku, langkah dalam diamku, tenang dalam gelisahku, dan doa dalam cintaku. Hidupku terasa sempurna, meski tak pernah benar-banar bisa sempurna. Namun, katamu; kau selalu bersedia jadi tempat pulang untuk segala tualangku.
Tak banyak yang bisa ku tulis mengenai kamu. Kau terlalu indah untuk kujadikan puisi, dan kau terlalu sempurna untuk kuabadikan sebatas tulisan. Karena yang terpenting dari mencintai, adalah merasa cukup dan ikhlas. Dan denganmu, aku jatuh cinta adalah cukup dan ikhlas itu.
.
.
Rahmad Arisandi | 05/06/2018
Comments
Post a Comment