Desingan kereta mulai
mengecil, tatkala kupandangi gerimis dari jendala kereta yang mulai memeluk
kota. Kota ini. Saat langkahku tepat di depan stasiun, secara sekilas mungkin
ini tampak seperti kota-kota pada umumnnya. Namun, setelah melangkah lebih jauh
ke jalan malioboro, ku pandangi lamat-lamat kembali kota ini.
Beberapa remaja dan
mahasiswa yang sedang berpacaran. Walau hanya duduk dan memandangi kota, di
temani secangkir kopi dan secarik senja. Aku rasa itu sudah sangat membuat
mereka bahagia. Beberapa keluarga kecil, dengan buah hati mereka yang sedang
imut-imutnya. Ada yang sedang belajar berjalan, ada yang sudah mulai lincah
berlari kesana kemari. Ada yang baru bisa menunjuk-nunjuk dan bilang “Mamah,,
paappah”. Duhh, indahnya. Ada juga sepasang orangtua yang sudah berada di usia
senja. Namun masih betah berkunjung dan menikmati langit sore dan bisingnya
taman yang ceria.
Ramai tapi tidak terasa sesak.
Begitulah kesan pertama
saat aku untuk pertama kali menyusuri kota ini lebih jauh.
Ternyata benar apa yang orang-orang lain
bilang. Jatuh cinta pada pandangan pertama di kota ini adalah hal yang wajar.
Sebab tak ada alasan apapun untuk tidak jatuh cinta pada kota ini.
bangunan-bangunan tua, kendaraan tradisonal seperti delman dan becak, orangnya
yang ramah, seniman jalannan yang mengagumkan dengan musik tradisionalnya serta
kerapian kotanya.
Kamu pasti bisa menebak
ini kota mana.
-Yogyakarta..
Comments
Post a Comment