CARA BERHARAP YANG SALAH
(Sebuah Kolaborasi Berdua)
Karya : - Rahmad Arisandi
- Arti Rabiyatul
Aku tidak ingin berharap, tapi sayang harapan bukan lah sesuatu yang bisa di kendalikan, hati kadang tak ingin mendengarkan, terlebih itu adalah bunyi pikiran. Mereka kemudian berada dalam satu riing berdebat siapa yang benar, sayang dua-duanya berakhir lebam.
Aku tidak ingin berharap, namun lagi-lagi dunia menertawaiku dengan kalimat jahatnya, "Makan itu harapan," katanya puas.
Ya, harapanku kembali tumbuh di tengah-tengah keresahan. Hati kembali kalah oleh pikiran dalam perdebatan itu.
"Bodoh" begitu cibirnya, kenapa tak bisa mengendalikan bagian diri sendiri, lalu siapa yang akan kau kutuk kini?
Kau sendiri yang melukai, maka nikmati gerimismu di pipi.
Entah lah, kali ini apa yang akan aku terima dari harapan yang aku tumbuhkan sendiri. Apa kecewa lagi seperti sebelumnya, ataukah bahagia seperti yang ada dalam anganku. Ahh, kali ini resahku semakin jadi.
Tuhan salahkah jika ku jatuh hati? Salahkah jika aku mulai bermimpi?
Dia di sana membuat debar di dada, dia di sana membuat rona pipi berwarna jingga. Dan dia di sana pula menjadi ketakutan ku membuat bekas luka.
Aku, aku rapuh, seakan semua luruh. Aku, aku lemah, seakan rongga dalam dada di penuhi resah. Rabb bisakah ku minta dia saja yang ku jadikan rumah.
Aku memang egois, meminta pulangnya hanya pada rengkuhku. Padahal aku tahu sekenario semesta tak sesimpel. Takdir tak selalu sesuai dengan rencanaku.
Tuhan, aku memang egois, tapi kali ini bisakah Engkau mengabulkan permohonanku?
Atau apakah mungkin permintaanku terlalu banyak? awalnya aku meminta bahagia, selanjutnya aku meminta bahagia itu adalah kamu.
Aku tak tau diri memang menyukaimu dengan tak memperhitungkan seberapa banyak aku harus mempertaruhkan bagian hati yang luka, aku terlalu serakah menginginkan hanya bagian dariku yang membuat senyummu merekah.
Rabb, aku tau aku harusnya tak begini. Aku seharusnya bersyukur sudah di beri bahagia olehMu. Tapi aku malah melunjak, meminta padaMu hal yang mungkin bahkan aku tak tau itu yang terbaik untukku atau tidak.
Rabb, kini cara ku bahagia adalah menerima segala kehendakMu.
Menikmati apapun bentuk cinta yang tak mampu ku hitung satu persatu oleh jari jemariku.
Jika memang bukan dia yang Kau takdirkan sebagai pelengkap rusuk, maka berikan satu kesayanganMu sebagai pemacu detak.
Rahmad Arisandi | 13/06/2018
Comments
Post a Comment