Skip to main content

Daily Journal || Bagian Dari Dalam Diri

Sebuah hobi datang berawal dari ketertarikan kita pada sebuah hal. Lalu mencobanya, ada kenyamanan dan kepuasaan hati tersendiri ketika kita melakukan hal itu. kataku hobi itu adalah bagian lain dari diri seseorang yang datang agak terlambat. Seperti layaknya tangan yang berfungsi untuk menggenggam sesuatu. Hobi berfungsi sebagai penetralisir rasa lelah dan jenuh akan rutinitas yang kita jalankan. Ada banyak sekali kategori hobi. Musik misalnya. Musik adalah hal yang hampir semua orang menyukainya. Mendengarkan musik merupakan hobi yang menyenangkan, bagiku sih. Entah iya entah tidak. Namun, ada beberapa orang yang tidak suka mendengarkan musik.

Setiap orang berhak akan hobinya. Tapi hobi juga punya batasan. Hobi tidak harus setiap waktu di lakukan, seakan kamu tidak punya kegiatan lain untuk menjalani hidupmu. Memang sih menjalani hobi itu menyenangkan. Tapi, setidaknya buatlah jadwalmu, atur waktumu. Seimbangkan antara membagi waktu untuk hobimu dengan waktumu untuk keluarga, teman, pekerjaan, juga rutinitas kecil lainnya. Kata orang hidup itu harus seimbang. Iya memang harus seimbang. Seimbang dalam menjalankannya. Bahagia sewajarnya, sedih sewajarnya, berduka sewajarnya, senang-senang sewajarnya. Karena sesuatu yang berlebihan akan berdampak buruk pada akhirnya.

Hobiku ada banyak sekali. Dulu, sewaktu masih SD aku sangat menyukai dunia menggambar. Jika ku ingat-ingat, rasanya, jika aku sudah menyelesaikan satu gambar lega dan bahagia sekali. Apa lagi kalau jadinya bagus. Kemudian, ketika kelas 5 SD, aku memulai hobi baru. Aku tertarik dengan dunia elektronik. Mengotak-atik mainan, kemudian barang-barang elektronik seperti senter juga radio yang rusak. Aku memplajarinya secara manual dengan melihat kabel-kabel yang saling bersinggungan. Dan beberapa di antara berhasil. Beberapa lagi malah tambah rusak ku buat. Hehe. Kedua hobi itu berlanjut hingga bangku SMP. Hingga yang paling ku ingat adalah, aku pernah hampir memperbaiki TV ku yang rusak, tapi karena keterbatasan alat dan pengetahuan akhirnya aku tidak jadi memperbaikinya. Untuk hobi menggambarku, aku sudah jaraang sekali melakukannya. Kadang, jika tertarik pada satu gambar yang aku lihat. Aku akan menggambarnya ulang.

Berlanjut ke bangku SMK. Ada banyak perubahan ketika itu. Termasuk dalam urusan hobi. Waktuku banyak terbuang untuk membuang-buang waktu. Awal-awal SMK ada banyak sekali kesalahan yang ku perbuat. Ada banyak sekali hal yang ku lakukan dengan tujuan sia-sia. Jika di ingat lagi, aku agak menyesal pernah melakukannya. Namun begitulah hidup. Belajar dari kesalahan. Berdamai dengan keadaan dan masa lalu. Hingga suatu masa. Waktu itu masih kelas 1 SMK. Aku memutuskan untuk ikut dalam sebuah organisasi. Awalnya hanya iseng-iseng. Dari keisengan itu, aku menemukan kenyamanan yang pernah hilang. Aku akhirnya mulai serius menjalaninya, hingga kini aku telah menemukan banyak sekali pelajaran di organisasi itu.


Oh iya, baru ketika akhir tahun 2016 aku menemukan hobiku yang sudah lama pergi. Yang sudah lama tidak aku jalani. Yaitu menulis. Dulu, waktu SMP aku sangat suka menulis. Meski hanya menulis hal-hal sederhana. Di 2016 itu, aku akhirnya memutuskan untuk serius menulis. Balajar dan belajar. Entah orang akan suka atau tidak, yang jelas aku hanya ingin menjalaninya. Entah kenapa, ketika aku selesai menulis rasanya begitu lega dan nyaman. Mungkin ini yang di namakan bagian dari dalam diri yang datang terlambat. Seperti kataku tadi.


-Cakrawala

Comments

Popular posts from this blog

Hidup dan impian

Assalamualaikum. Malem gays, apa kabs? Semoga selalu dalam lindunganNya ya. Langsung read lah :). Sesungguhnya hidup akan sia-sia tanpa adanya tujuan, hidup pula akan hampa tanpa impian. Banyak ilustrasi untuk menggambarkan sebuah kehidupan. Menurut ku hal itu wajar-wajar saja, mengingat setiap manusia itu punya karakternya masing-masing, dan masing-masing manusia pun punya cara tersendiri untuk mengambil pelajaran yang ia alami dari masa lalu. Contoh saja, ada yang menggambarkan kehidupan layaknya seperti sungai yang mengalir. Mungkin gambaran itu benar, tapi tak selamanya menjadi sebuah patokan. Hidup itu memang akan terus mengalir seperti sungai, sama dengan waktu yang akan terus berjalan dan berlalu. Tapi, sungai itu mengalir kebawah, tidak sama seperti manusia yang harus selalu naik ke atas. Maksudnya, dari perjalanan hidupnya setiap hari, setiap manusia harus terus belajar menjadi lebih baik, dan baik lagi. Kehidupan di dunia ini tidak sama seperti cerita-cerita di "No

3 unsur fotografi (threengle)

Sebelum kita mempelajari teknik-teknik fotografi, sebaiknya kita mengetahui apa unsur pembentuk dari fotografi tersebut. Dalam postingan aku sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa "Fotografi adalah seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada objek/permukaan yang dipekakan". Nah, dari sini kita bisa menggaris bawahi, bahwa unsur fotografi ini sebenarnya tidak banyak. Menurut pendapat aku. Dari yang aku pelajari dari artikel-artikel yang ada di Internet. Ada 3 unsur pokok pembentuk fotografi ini. 1. Pencahayaan (lighting)    Ini adalah hal utama penentu hasil foto bagus atau tidaknya. Karena tanpa adanya cahaya. Pasti hasil foto itu gelap. Kenapa? Ini sudah termuat dalam prinsip kerja kamera. Prinsip kerja kamera adalah menangkap cahaya. Cahaya masuk ke kamera lewat lensa (Subjek dapat dilihat terlebih dahulu melalui view finder), difokuskan agar diterima oleh sensor cahaya yang memilah-milah cahaya berdasarkan komponennya. Informasi mengenai konsentrasi komponen cahaya in

Pertemuan Singkat

Seperti biasa, setiap sore menjelang Inara selalu menyiram tanaman di kebun bunga yang terletak di halaman depan rumahnya. tatkala, ia selalu saja tak lupa memegangi dengan lembut bunga-bunga yang sudah mulai merangkak layu. "hmm" inara bergumam, merasakan harumnya bunga-bunga di kebun itu. sinar senja sore dari balik-balik pohon di luar sana menambah ketenangan hati, angin pun tak lupa sesekali berhembus lambat namun terasa nikmat untuk tak lupa selalu saja membuat Rara ( Nama panggilan Inara) terenyuh merasakannya. Di tempat lain,  seorang pemuda berumur 23 Tahun sedang terburu-buru menembus waktu. Ia mengayuh sepedanya dengan kencang, melewati gang-gang kecil di komplek perumahan elit di daerah kota jambi. Namanya Gibran, seorang mahasiswa jurusan pertanian di salah satu universitas negeri di jambi. Ia harus secepatnya sampai ketempat kerja kalau tidak ingin di pecat. setidaknya sudah 2 kali teguran yang gibran terima dari perusahaan, padahal belum ada satu bulan gibran