PERTAMA KALI
Hujan sedang turun, tatkala aku terduduk di meja balajarku malam ini. Di temani kopi, juga suara rintik dari atap yang khas. Udara dingin, menyelinap lewat celah-celah pintu dan jendala, membuat tubuhku sedikit manggil dibuatnya.
Juni, datang lagi. Menyapa dengan manis, meski kenangan di masa lalu pernah mengiris. Tapi, sudah ku ikhaskan luka itu untuk tinggal di masa lalu, ku relakan ia menjadi bagian dari diriku di hari lalu. Karena hari depan sudah menunggu. Sudah saatnya bangkit, dan menjalani kehidupan ini tanpa membawa lagi rasa sakit.
Aku memutuskan membuat catatan ini, sebagai jembatan antara diriku yang sekarang dengan diriku yang berada di masa lalu. Agar aku bisa mengingat, bahwa aku pernah menjalani hari-hari berduka, atau hari-hari penuh tawa. Agar aku bisa banyak belajar dan atau menceritakannya kembali kepada orang-orang terkasihku di masa depan.
Aku juga membuat catatan ini, dengan harapan, semoga orang-orang di masa depan bisa membacanya. Aku takut, aku takut di lupakan dunia. Aku takut hidupku di dunia hanya kesia-sian belaka.
Hidup tak selamanya muda, ada saat dimana kita melupa dan tua. Usia boleh bertambah, namun harus di barengi dengan pendewasaan diri. Karena bagiku, hidup adalah tentang mengikhlaskan masa lalu, mensyukuri hari ini, dan berdoa untuk masa depan.
Rahmad Arisandi | 01/06/2018
Comments
Post a Comment