Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2018

Catatan Sang Maret | Prihal Menulis

Aku ingat sekali pertama kali menguatkan niatku pada dunia tulis. Waktu itu menjelang akhir tahun 2016. Aku mengalami fase patah hati sepatah patahnya. Seseorang yang ku anggap sebagai pengobat luka, malah berujung pergi menambah luka di hati. Dengan perasaan yang kacau itu, aku sendiri bingung hendak memulangkan perasaanku kemana. Sahabat? Aku sebenarnya bukan tipe orang yang suka bercerita prihal luka pada siapa pun. Aku lebih sering memendam luka dalam dadaku, membiarkannya usang sendiri di makan waktu. Nah, kemudian suatu hari muncullah suatu ide. Waktu itu aku memiliki Blog pribadi yang cukup lama ku anggurkan. Iyaa Blog. Aku membuat Blog itu sekitar pertengahan tahun 2015. Awal tujuan membuat Blog itu sebenarnya adalah untuk mengikuti kompetisi Blog Siswa sepropinsi. Tapi, karena ada siswa yang mempunyai konten Blog lebih keren dari Blog yang aku buat, alhasil aku tidak jadi di ikut sertakan. Yahh,, kecewa? Iyaa sih memang kecewa. Oke-oke, kembali ke prihal menulis. Kalau k

Catatan Sang Maret | Tentang Luka Yang Pergi

Luka sebab kepergianmu kini telah raib. Ia telah di telan waktu. Hilang di telan malam-malam penuh sedu. Tak ada lagi perasaan menyakitkan yang tinggal dalam dada. Dan kata ikhlas sudah sepenuhnya memenuhi ruang-ruang hati. Tapi, kini senja jadi kurang menyenangkan di nikmati. Sunyi tak lagi semenyenangkan dulu. Malam tak sedingin di hari lalu. Sebab, luka tak lagi menjadi puisi, dan musik sedu tak lagi jadi teman ngopi menyenangkan. Aku kembali di fase dimana semua terasa biasa-biasa saja. Bahkan, tentangmu yang pernah sangat menyakitkan, sekarang terasa hambar dan tak lagi bisa di nikmati dengan secangkir kopi. Luka memang tidak menyenangkan, tapi tidak semua luka itu menterpurukkan. Rahmad Arisandi | 11/03/2018

Catatan Sang Maret | Rela

Pada kenyataan yang menyakitkan. Suatu rentang waktu yang di isi dengan luka dan air mata. Ku relakan ia menempati bagian dari diriku untuk sementara. Tak apa, kurelakan. Sebab, memang luka di perlukan untuk semakin menguatkan perasaan. Rela atas semua yang hilang dan seluruh yang datang. Memang dalam hidup manusia, selalu ada kata kecewa, dan kenyataan yang menyakitkan membuat manusia akan sadar bahwa tak semua dapat berakhir bahagia. Kita harus lebih terbiasa dengan kata rela, sebab air mata akan selalu jatuh tanpa suara. Menangis juga olahraga, hati butuh kesedihan untuk proses pendewasaan. Kita sebagai yang memiliki hidup, harus sebisa mungkin merelakan hal yang menyakitkan untuk di ikhlaskan menikam. Rahmad Arisandi | 10/03/2018

Catatan Sang Maret | Jatuh Lagi

Aku pernah kecewa, oleh prahara kehidupan yang rumit bagai teka-teki. Ia mencibirku hingga paling hina, menertawakan ketidakmampuanku menopang beratnya luka. Aku tersungkur, jatuh lagi, hingga hampir mati. Dan, kemudian. Setunas sesak tumbuh subur di pelataran hatiku. Di ikuti, tunas-tunas yang lain. Membuat perasaan sesak berserakan. Menjadikan pikiran, kelu tak terelakkan. Bahkan, aroma kopi, tak mampu untuk menetralisirkannya selama beberapa hari. Hingga akhirnya. Titik terang menyinari langkah kaki. Menunjukan jalan lebih luas dengan jalur yang lebih bagus. Akupun mulai sadar; bahwa setiap jatuh, selalu menciptakan kata bangkit di sela-selanya. Dan itu fakta, bagi orang2 yang mau berusaha. Rahmad Arisandi | 09/03/2018

Catatan Sang Maret | Dua Sahabat Yang Mendewasakan

Catatan Sang Maret | Dua Sahabat Yang Mendewasakan Setiap perjalanan selalu meninggalkan jejak. Selalu. Dan itu pasti. Tapi, yang tertinggal dalam perasaan atau yang menetap dalam pikiran hanya beberapa. Sebab otak dan hati memiliki kapasitas penyimpanan terbatas. Ada satu hal yang agak sedikit aneh antara ke dua makhluk itu. Kadang, saat pikiran bisa mengingat suatu hal, hati justru tak merasakan ada pernah kehadiran yang pernah menyapa diri. Oh iya, dua makhluk itu (pikiran dan perasaan) kebetulan adalah punyaku. Dan mereka bersahabat. Persahabatan antara hati dan pikiran sudah terjadi sejak lama. Sejak aku di lahirkan ke bumi, sejak pertama kali aku menatap dunia untuk pertama kali. Umurku bertambah, pemikiran dan logika hatiku juga ikut dewasa. Sering terjadi perselisihan di persahabatan kedua makhluk itu. Mereka kerap kali bercekcok karena suatu hal. Kadang berimbas padaku. Kadang membuatku jadi pusing sendiri harus menjadi penengah mereka. Tapi, aku senang. Sebab karena per

Catatan Sang Maret | Waktu

Selama kau masih hidup di bumi, kau akan terus melintasi garis waktu tanpa henti. Saat kau berjalan, saat kau terduduk, saat kau menangis, saat kau bahagia. Atau saat kau sedang bercengkrama dengan rasa 'malas'. Udara menjadi saksinya, waktu menjadi hakimnya. Semua tercacatan dalam lintasan satu garis lurus bertintakan detik. Waktu memiliki tiga kombinasi masa. Yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Jika tiga hal itu dapat kau padupadankan, jika tiga hal itu mampu kau seimbangkan. Maka, kau akan benar-benar menjalani hidup yang indah. Tapi, sayangnya manusia tidak bisa melakukannya. Pasti selalu ada celah kosong untuk 'sia-sia' masuk dalam ruang waktumu. Menjadikanmu malas. Menjadikanmu membuang banyak kesempatan. Membuatmu kehilangan banyak waktu. Yaa, wajar. Tak apa. Kita harus terus belajar dengan waktu. Menghargainya lebih hormat. Mencintainya dengan sangat. Jangan sampai kesia-siaan yang kau buat, menjadikanmu orang-orang tertinggal. Menjadikanmu manusi

Catatan Sang Maret | Balas Dendam

Mungkin, jika menyelisik kalimat di atas. Akan ada banyak persepsi yang bisa kita ciptakan. Ya. Barangkali memang semua orang pernah merasakan kata dendam dalam hidupnya. Atau, mungkin 'dendam' adalah salah satu wadah ajang menunjukan siapa yang sebenarnya paling tersakiti. Kadang, aku kasihan melihat mereka yang masih suka menyimpan dendam dalam dirinya. Kasihan. Ya. Karena rasa dendam yang bersemayam dalam hati, akan membuat seseorang tidak akan bisa tenang. Ia belum merasa puas kalau belum melihat mereka yang sempat menyakitinya tersungkur. Bahkan, beberapa orang kadang menjadi ketagihan melakukannya lagi. Mereka ingin menterpurukkan lawan mainnya terus dan terus. Aku tidak ingin egois. Sebab akupun pernah merasakan yang namanya perasaan 'dendam'. Bahkan sempat terpikir untuk membalaskan dendam ku itu. Namun, dengan keteguhan hati. Nuraniku berbicara; bahwa dendam tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Ia hanya akan membuat masalah baru dan baru lagi. Dendam tida

Catatan Sang Maret | Kecewa

Barangkali sebuah kecewa di ciptakan untuk sejenak rileksasi dari rasa bahagia. Rileksasi bahwa setiap bahagia tidak selalu menetap. Ia juga memiliki waktu tersendiri. Ia juga bisa pergi dari hidup kita. Bisa jadi, saat ini kita memang sedang mengalami bahagia yang begitu merekah. Besok, atau mungkin nanti, tiba-tiba kita harus merasakan yang namanya kecewa. Takdir semesta tidak ada yang tahu. Kecewa juga mendewasakan kita. Seperti halnya 'Luka' dan 'duka'. Dan pada hakikatnya, ketiganya merupakan hal yang sama-sama menyayat perasaan. Menghujam tanpa ampun, pecah berserakan. Namun, kalau kita bisa melewati dengan akhir lapang dada. Pasti akan ada hal yang lebih indah yang akan kita dapatkan. Semua kecewa, akan setimpal dengan bahagia yang akan kita dapatkan. Hidup di dunia ini di penuhi oleh kecewa, luka, duka, tangis. Bahagia adalah bonus. Rahmad Arisandi | 05/03/2018

Catatan Sang Maret | Kalah

Barangkali , beberapa perjuangan memang harus kita akhiri. Bukan lantaran kita benar-benar kalah, tapi karena memang kita harus mengalah. Mengalah juga bukan karena kita lemah, tapi kedewasaan kita dalam mengendalikan perasaan. Sering kali kita lalai menenangkan hati. Sehingga ego dari dalam diri menjadi tidak terkendali. Kita bisa sangat sensitif ketika sedang dalam keadaan emosi. Begitulah, kadang kalau kita terlampau menuntut sesuatu yang belum pasti. Bisa menyebabkan bencana bagi kita sendiri. Untuk itulah, lebih baik merasa 'kalah'. Merasa 'kalah' atas segala perjuangan melelahkan. Karena percuma, kalaupun di teruskan, hasilnya akan nihil. Kau akan membuang banyak waktu,  membunuh banyak kesempatan baik yang lewat begitu saja. Merasa 'kalah' adalah solusi terbaik untuk sejenak menenangkan perasaan. Perlahan. Susun ulang segala rencana. Lewati rute yang berbeda, dengan tujuan yang berbeda pula. Sebab, tujuan lama akan tetap menjadi bagian dari masa lalu.

Catatan Sang Maret | Luka

Aku baru saja kehilangan senyumanmu. Waktu membawanya keluar ruang waktuku. Mengambil tanpa aba-aba, sebelum aku menyiapkan kekuatan untuk menahannya. Ah,, lagi-lagi. Luka menyapaku dengan sombongnya. Menertawaiku yang kembali jatuh dalam jelaga. Lagi-lagi, ia mengobrak-abrik perasaan. Hati yang belum lama ini sudah bahagia, kembali merasakan yang namanya duka. Sakit. Jelas. Tidak bisa di tawar, ia sudah terlanjur menjalar. Aku membenci situasi seperti ini. Bahkan, untuk beranjak tidur saja bayangan tentangnya masih berslide ria di pikiran. Membuat mata susah terpejam. Aii,, ayolah, bisa tidak sih di jeda dulu. Aku masih ingin merasakan bahagia. Semesta sepertinya memang jarang berada di pihakku. Ia sering pergi saat aku membutuhkannya. Ia selalu tiba-tiba mendatangkan kejutan-kejutannya. Bahagia, duka, tangis, ceria. Hidup di bumi yang penuh ketidakpastian memang tidak mudah! Rahmad Arisandi | 03/03/2018

Semacam Catatan || Jumpa

Jumpa. Kau dalam dimansi keadaan, semesta menghadirkanmu dalam ruang waktuku. Kau menyapa, dengan lembut dan suara anggunmu. Menjabatkan tangan pada ketiadaannya perasaan. Kau sejukkan kembali hati yang sudah terbakar oleh kepergian. Tatapanmu berbinar menembus inti jantungku. Kau diam. Berbicara tanpa berkata, menyapa tanpa suara, berbingkai senyumanmu di pelantaran sepiku. Namun, berhasil mencuri .keheningan dalam lamunku. Kau idamkan seonggok rasa, menawarkanku berbagi cerita. Tentang apapun, mengenai apapun. Detik berlalu tanpa aba-aba, menyuarakan tumbuhnya kembali harapan. Impian dan cita bertunas kembali, bunga juga bermekar ria di sepanjang taman hati. Kenyamanan yang diberikanmu merapalkan kebahagiaan. Menepikan hati yang patah sejak dahulu, ia mulai kembali pulih juga kuat. Tak lagi rapuh dan siap melangkah hebat. Jumpa dan hadir yang garis waktu tuliskan, mengantarmu pada salah satu ruang hidupku. Semoga abadi, tanpa kepergian lagi. Rahmad Arisandi | 01/03/2018

Catatan Sang Maret | Sahabat

Ada kalanya kita mengalami fase melelahkan dari proses jatuh dan bangun. Rasanya perasaan kacau sekali, pikiran kelu, dan semangat benar-benar terjun bebas. Jatuh dalam jelaga tanpa ampun. Penat, penuh sesak. Hilang kendali. Ingin bebas namun terjebak. Ingin pergi namun tercegah. Sahabat menjadi salah satu destinasi untuk menetralisir lelah. Sebab, mereka satu di antara beribu manusia yang perduli dengan jatuhnya kita. Ketidakmampuannya diri, membuat kita membutuhkan orang lain untuk sekadar berbagi. Sahabat menjabat ketika kita membutuhkan pegangan. Sahabat merangkul ketika kita membutuhkan dukungan. Sahabat menegur ketika kita salah. Mereka ada saat kita butuh dan membutuhkan. Mereka memberi rasa hangat dalam setiap pembicaraan. Jangan pernah merasa sendiri, jangan pernah merasa kesepian. Sebab aku siap membantu menopang setiap penatmu. Silahkan. Menangislah jika ingin menangis, kecewa jika memang kau sedang kecewa. Bersandarlah di pundakku, aku akan menjadi sahabat yang akan sela

Catatan Sang Maret | Duka

Apa bila kau temukan duka dalam denting hidupmu, maka satu-satunya jalan menuju kemenangan adalah ikhlas.  Sebab, nestapa dalam setiap duka, memiliki pintu-pintu menuju bahagia. Sabar. Sabar. Karena duka tak selamanya menetap, ia juga memiliki kadaluwarsa. Memang tidak mudah, memang tidak akan enak menjalaninya. Apa lagi dengan perasaan hati yang kacau. Apa lagi kita harus melewati hal-hal yang tidak kita inginkan. Jelas tidak mudah. Dengan pikiran kelu, jelas akan sulit. Duka mendewasakan kita. Duka mengajarkan bangkit lagi dan lagi. Duka mengajarkan hati untuk lebih bersabar. Duka mengajarkan perasaan lebih kuat. Ikhlaslah, sabarlah. Hal-hal yang menyulitkan pikiran, hal-hal yang menyayat perasaan. Insya Allah akan terlewati. Semoga berujung pada bahagia. Semoga berujung pada senyum merekah. Hari berduka akan berlalu,  cobaan berat akan berganti. Rahmad Arisandi | 01/03/2018