Skip to main content

Catatan Sang Maret | Prihal Menulis


Aku ingat sekali pertama kali menguatkan niatku pada dunia tulis. Waktu itu menjelang akhir tahun 2016. Aku mengalami fase patah hati sepatah patahnya. Seseorang yang ku anggap sebagai pengobat luka, malah berujung pergi menambah luka di hati.

Dengan perasaan yang kacau itu, aku sendiri bingung hendak memulangkan perasaanku kemana. Sahabat? Aku sebenarnya bukan tipe orang yang suka bercerita prihal luka pada siapa pun. Aku lebih sering memendam luka dalam dadaku, membiarkannya usang sendiri di makan waktu.

Nah, kemudian suatu hari muncullah suatu ide.

Waktu itu aku memiliki Blog pribadi yang cukup lama ku anggurkan. Iyaa Blog. Aku membuat Blog itu sekitar pertengahan tahun 2015. Awal tujuan membuat Blog itu sebenarnya adalah untuk mengikuti kompetisi Blog Siswa sepropinsi. Tapi, karena ada siswa yang mempunyai konten Blog lebih keren dari Blog yang aku buat, alhasil aku tidak jadi di ikut sertakan. Yahh,, kecewa? Iyaa sih memang kecewa.

Oke-oke, kembali ke prihal menulis.

Kalau kalian lihat postingan di Blog pribadiku di akhir tahun 2016, kalian akan menemukan tulisan-tulisan yang sumpah absurd banget, alay, menye-menye. Ah, pokoknya sangat-sangat memalukan. Tapi, meski begitu, itu adalah awal-awal, benar-benar awal keberaniaku untuk menulis pemikiranku sendiri. Akan jadi kenangan yang memalukan sekaligus kenangan paling manis di masa depan.

Yang aku sadari dari proses menulis itu adalah, aku dapat menyalurkan perasaanku kedalam sebuah kata-kata sederhana. Ternyata, menulis mampu membuat perasaanku lebih tenang dan mampu membuat lukaku terasa lebih reda.

Mulai dari situ, aku terus mengembangkan pemikiran lebih luas kedalam tulisan lagi dan lagi. Hingga kini, aku semakin jatuh cinta pada dunia itu.

Salam Juang

Rahmad Arisandi | 21/03/2018

Comments

Popular posts from this blog

Hidup dan impian

Assalamualaikum. Malem gays, apa kabs? Semoga selalu dalam lindunganNya ya. Langsung read lah :). Sesungguhnya hidup akan sia-sia tanpa adanya tujuan, hidup pula akan hampa tanpa impian. Banyak ilustrasi untuk menggambarkan sebuah kehidupan. Menurut ku hal itu wajar-wajar saja, mengingat setiap manusia itu punya karakternya masing-masing, dan masing-masing manusia pun punya cara tersendiri untuk mengambil pelajaran yang ia alami dari masa lalu. Contoh saja, ada yang menggambarkan kehidupan layaknya seperti sungai yang mengalir. Mungkin gambaran itu benar, tapi tak selamanya menjadi sebuah patokan. Hidup itu memang akan terus mengalir seperti sungai, sama dengan waktu yang akan terus berjalan dan berlalu. Tapi, sungai itu mengalir kebawah, tidak sama seperti manusia yang harus selalu naik ke atas. Maksudnya, dari perjalanan hidupnya setiap hari, setiap manusia harus terus belajar menjadi lebih baik, dan baik lagi. Kehidupan di dunia ini tidak sama seperti cerita-cerita di "No

Catatan Bulan Juni

MASA DEPAN DICIPTAKAN HARI INI Beberapa orang, kerap kali mengimpikan hal-hal luar biasa terjadi dalam hidupnya. Namun hanya sebatas mengimpikan, tidak pernah benar-benar berniat merealisasikannya. Mereka hanya berharap dan merapal doa pada Sang Pencipta. Mana bisa seperti itu. Bahkan Allah pernah berfirman dalam salah satu ayat Al-qur'an ; "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." Q.S Ar-Ra’d : 11. Nah kan? Kebanyakan dari mereka lupa, jika ingin mendapat hal yang di inginkan, harus melalui proses yang tidak di inginkan. Usaha. Itu hal yang harus di lakukan jika ingin hal-hal luar biasa terjadi dalam hidupmu. Allah tak akan mengingkari janji. Usaha tidak akan mengkhianati hasil, begitu kata orang-orang. Mulailah merencanakan segala impianmu dari sekarang. Masa depan di ciptakan hari ini. Jangan menunda-nunda waktu. Karena, hal paling menyebalkan dari menunda-nunda rencana adalah kehabisan banyak kesempa

move on (part 2)

Dari kenangan lama. Dan dengan rasa yang sama pula. rasa   itu begitu dalam aku tanamkan, sehingga sangat sulit bagiku membersihkannya ketika kau tinggalkan luka kala itu, bahkan hingga kini aku tak percaya dengan kenyataan   bahwa kau benar benar telah pergi. Aku malah lebih percaya dengan janji yang kau berikan dimasa lalu. Yaaa,,, hingga kini aku masih menunggu akan kepastian janji itu. Janji yang engkau katakan “kalau engkau tak akan meninggalkanku”. Janjimu mengaburkan pandanganku. bahkan aku mengabaikan hal yang nyatanya sudah ada didepanku, hal yang mungkin akan membuatku lebih bahagia dari ini. Semua itu demi engkau sang Masa lalu. Yaa aku bodoh,, aku bodoh sekali percaya denganmu, Aku bodoh percaya dengan perasaan ini. Asaa, putusss,,, aku lelah dikejar kejar perasaan ini, aku butuh tempat istirahat (sahabat) walau hanya sekedar numpang minum dan bersandar sebentar(Curhat) untuk menghilangkan rasa letih setelah sekian lama lari akan kejaran sebuah cerita lama. Setela