Penulis : Rahmad Arisandi
Request : sindi putri melani
Langit tampak membiru, tidak ada awan disana. hembusan angin sore menyelinap melewati celah rambut panjang sebahu lelaki itu. Rambut yang entah kapan terakhir kali ia potong. Rambut yang entah kapan terakhir kali ia cuci. Lelaki itu berjalan menyusuri hamparan sawah dan sendiri. memang Hari ini ia ingin sendiri, menikmati desiran angin bersama sebuah kamera dan permen karet di mulutnya. Begitulah kebiasaannya ketika sedang merasa galau, atau patah hati, atau jenuh, atau penat, atau apapun yang membuat mod lelaki itu buruk.
Dan yang kini sedang dirasakan lelaki itu adalah rasa bersalah akibat pertengkaran hebat dengan kekasihnya pagi tadi. Dia ketahuan selingkuh dengan kekasihnya. "Kamu jahat!. Aku kecewa sama kamu", aku...aku.. Hixss,,hixss..." (ia tidak melanjutkan perkataannya). wanita itu hanya bisa menangis sejadi jadinya. "Keluar kamu". sambil mendorong keras tubuh tegap lelaki di hadapannya. "Brakk" suara pintu kost wanita itu.
Dia sungguh merasa bersalah, ia sungguh merasa kecewa pada dirinya sendiri. Ia bahkan tak sadar bisa melakukan hal sebodoh itu. "Bodoh banget sih aku" suaranya lirih. "Maafin aku risa" seolah berbicara pada wanita itu. Sungguh, kadang keinginan yang di dasari oleh nafsu sesaat bisa membuat kita tersesat. Tersesat dalam sebuah keterasingan. Tersesat dalam sebuah perpisahan.
"Aku harus minta maaf sama dia. Aku harus bisa membuat dia percaya lagi sama aku. Aku hanya ingin dia, aku janji tidak akan mengecewakannya lagi" batin lelaki itu.
(2 minggu berlalu....)
dalam sebuah rencana, yang di bantu dengan sahabat sahabatnya. Dio sanjaya, Lelaki itu sudah memikirkan konsepnya Matang matang. "Pokoknya malam ini aku harus bisa membuat dia kembali padaku" gumamnya pelan.
Di sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari tepi laut. kafe yang di desain seromantis mungkin. Dengan konsep ruang terbuka. Kafe itu sudah dipenuhi Lilin-lilin yang menghiasi setiap sudut ruangan. Di tambah dengan lampu kerlap kerlip yang melingkari setiap tiang. Merah, ungu, biru, hijau, begitu Seterusnya, berganti-ganti. Di salah satu meja, dio sedang menunggu kedatangan risa. tidak ada siapapun di kafe itu selain lelaki itu. Tempat itu memang sudah ia booking khusus untuk meminta maaf kepada kekasihnya risa. Dan kebetulan kafe itu adalah milik orang tua salah satu sahabatnya. Jadi dia bisa mendapat harga miring. "Ayolah bro, malam ini aja gua pinjem kafe lo" Dengan nada momohon. Dan apa boleh buat, riko tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu. Wajar saja, dio juga sudah banyak membantunya. "Okelah, tapi tetep bayar ya bro. Soalnya ini kafe belum sepenuhnya jadi milik gue".
Dengan uang dari karya hasil fotonya yang terjual di pameran minggu lalu, akhirnya dio berhasil menyewa kafe riko. Dio memang jago soal fotografi, apalagi mengenai senja. Dan lagi lagi, cinta memang butuh perjuangan, butuh usaha, juga pengorbanan. Itulah salah satu usaha dan perjuangan dio untuk membuat risa takluk lagi kepadanya.
Wanita itu datang sendiri. Dengan langkah lambannya menuju pintu masuk. Ia di sambut dengan alunan musik romantis. lagu dari "arbani yasiz - be my love". "kupastikan, diriku ada di setiap detikmu" suara lagu itu menggema. wanita itu mendekat kepada lelaki yang duduk sendiri di salah satu meja di kafe itu.
wanita itu tersenyum semringah. namun seketika kemudian...
"Dio.." lamunan lelaki itu di kagetkan dengan Suara keras wanita itu. risa langsung berbalik badan menuju pintu keluar. Ia berjalan setengah berlari karena Melihat dio berada disana. Tapi dengan langkah cepatnya, dio akhirnya berhasil mengejar dan menarik tangan risa. "Risa, tunggu, aku mau ngomong sama kamu". Sambil menarik tangan risa. "Ngomong apa lagi sih, kan aku sudah tekankan. Jauhi aku". Bentak wanita itu.
"Tolong. Dengerin dulu aku ngomong" dio berbicara tegas. Sekejap kemudian, risa terdiam. wanita itu seakan terhipnotis dengan perkataan dio barusan. Memang selama menjadi kekasih dio, risa tidak pernah mendengar lelaki itu berbicara setegas itu.
"Risa" matanya menatap mata wanita itu dalam-dalam sembari memegang kedua pundak risa. "Aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu. Aku khilaf risa, aku,, aku minta maaf sudah buat kamu kecewa, aku mau kamu dan aku tetap menjadi kita. aku mau memperbaiki semuanya. Seperti dulu untuk selamanya" . entah kenapa dio bisa berbicara seromantis itu. Mungkin karena kekuatan cinta yang tulus pada hatinya. Mata dio berbinar, sesuatu akan keluar dari kelopak matanya. Risapun tidak bisa berkata apa-apa. Dalam hati terdalamnya memang masih tersimpan jelas nama lelaki itu. Mata wanita itu ikut berbinar, sesuatu mengalir dari pipinya. Dengan tanpa sadar, dia memeluk tubuh tegap lelaki itu. Dalam pelukan risa berbicara. "Ia aku maafin kamu. aku akan kasih kesempatan sama kamu. Tapi janji gak akan ngekuin kesalahan yang sama untuk kedua kali. Atau aku akan pergi sejauh jauhnya dari kamu" ia menangis hebat. Namun kali ini, ia menangis bahagia. Dia merasa menemukan kembali tempat berlabuh untuk tubuhnya, tubuh lelaki yang dulu memang selalu membuatnya merasa aman. "Makasih sayang" dio berbicara lirih.
The End...
Comments
Post a Comment