Ini dunia yang berbeda
dari yang dulu pernah aku rasakan. Dulu, saat aku masih kecil, yang aku rasakan
begitu indah sekali. Kasih sayang ibu, perhatian bapak, bermain dengan
teman-teman. Adalah hal yang sangat membahagiakan. Rasa sakit hanya karena lutut
atau tangan terluka. Dulu tidak ada patah hati, tidak ada rasa kecewa karena
ingar-bingar kehidupan. Tidak ada rasa sakit yang berkepanjangan, tidak ada
rasa sedih yang berlebihan. Dulu ketika berkelahi dengan teman, hanya 2-3 hari,
setelah itu berdamai kembali. Dulu, beban paling berat hanya PR Matematika.
Aduh-aduh, sayang di
sayang. Oke-oke aku akan berfikir realistis sekarang. Tadi hanya sedikit
bernostalgia. Mari kepembicaraan yang lebih serius. Iya serius.
Nyatanya sekarang,
semakin aku dewasa, semakin mengerti memaknai sedikit-demi sedikit alur
kehidupan. Rasanya semakin sulit sekali untuk melewatinya, rasanya kaki semakin
susah untuk di langkahkan. Terlalu banyak pilihan, dan keinginan. Yang berujung,
ketika apa yang sudah di harapkan tidak tercapai, maka kecewa yang di rasakan. Harapan memang menguatkan,
namun ketika harapan itu tidak sesuai dengan apa yang terjadi, maka kecewa
adalah hal yang akan di rasa. Di titik ini aku menggaris bawahi, “bukannya
manusia memang selalu membuat harapan-harapan, lalu ketika tidak tercapai, ia
akan kecewa dengan harapannya sendiri”
Harusnya ketika harapan
yang kita inginkan gagal, kita harus belajar lagi, mencoba lagi, berusaha lagi,
sampai harapan itu benar-benar tercapai. Kekecewaan tidak akan terjadi kalau
kita tidak membuat harapan. Rasa sakit tidak akan terjadi kalau kita tidak
kecewa, benci tidak akan tercipta ketika kita tidak kecewa, kesedihan tidak
akan terjadi ketika kita kalau kita tidak kecewa. Penyebab utama kekecewaan
adalah harapan itu sendiri. Sekali lagi, jangan membuat harapan jika akhirnya
kau tidak kuat melewati kecewanya. Jangan membuat harapan, jika kau tidak kuat
menahan rasa sakitnya.
Intinya, jangan pernah
salahkan apa yang terjadi. Tidak ada yang salah dalam konteks ini. kalaupun
ada, itu dirimu sendiri. Tapi, tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Lebih baik,
cepat-cepat memperbaiki diri. Bukannya kita sebagai manusia harusnya lebih
menghargai rasa sakit, menjadikannya sebagai pelajaran. Agar kelak tidak
melakukan kesalahan kedua kali. Ikhlaskan apa yang harus di ikhlaskan. Relakan apa
yang harus di relakakan. Hijrahlah kea rah yang lebih baik.
-Cakrawala
Comments
Post a Comment