Skip to main content

Daily Journal || Singgah

Singgah

Banyak hal di dunia ini yang datang hanya untuk singgah. Ada yang datang hanya untuk menebar resah. Ada yang datang untuk melukis luka. Ada yang datang menuliskan bahagia. Dan ada yang datang hanya sebatas sapa. Singgah. Ada banyak hal di dunia ini yang tidak kita ketahui. Bahkan rasa yang hati sendiri rasakan saja terkadang bisa kita salah artikan. Singgah ada untuk menjadi pembatas antara menetap dan menitip. Dua kata yang memiliki arti yang sangat berbeda. Sangat jauh berbeda. Jika menitip hanyalah hal sederhana yang bersifat sementara, lain halnya dengan menetap. Menetap adalah prihal berkomitmen. Berkomitmen untuk menetap. Tentu sebuah komitmen butuh alasan. Nah, sinilah cinta berperan penting

Cinta menjadi alasan orang untuk menetap. Bukan hanya sekadar menitip, lalu jika sudah bosan bisa pergi kapan saja. Ini tentang cinta yang sesunggunya. Tentang cinta yang akan menetap dengan jangka waktu yang lama. Dan karena cinta, sebuah komitmen tercipta. Dan lahirlah benih-benih cinta yang tumbuh dari 2 orang yang saling berkomitmen.

Kembali lagi ke singgah. Singgah ada karena bumi yang terus berputar ini. Kejadian-kejadian baru terus terjadi dengan tempo yang tidak menentu. Ada yang terjadi sangat cepat, ada yang terjadi dengan jeda waktu tertentu, ada pula yang hanya lewat seketika seperti angin. Bersinggah. Setiap orang perah berisinggah. Bersinggah di halte, berisinggah di taman, bersinggah di rumah makan, bersinggah di tempat ibadah. Dan tempat-tempat singgah yang lain. Adalah contoh kecil dari defenisi singgah. Dan yang pernah bersinggah di hatimu, biarlah ia menjadi masa lalu. Jadilah dirimu yang apa adanya. Nanti akan ada yang mencintaimu dengan seikhlasnya.

Salam


-Cakrawala

Comments

Popular posts from this blog

Hidup dan impian

Assalamualaikum. Malem gays, apa kabs? Semoga selalu dalam lindunganNya ya. Langsung read lah :). Sesungguhnya hidup akan sia-sia tanpa adanya tujuan, hidup pula akan hampa tanpa impian. Banyak ilustrasi untuk menggambarkan sebuah kehidupan. Menurut ku hal itu wajar-wajar saja, mengingat setiap manusia itu punya karakternya masing-masing, dan masing-masing manusia pun punya cara tersendiri untuk mengambil pelajaran yang ia alami dari masa lalu. Contoh saja, ada yang menggambarkan kehidupan layaknya seperti sungai yang mengalir. Mungkin gambaran itu benar, tapi tak selamanya menjadi sebuah patokan. Hidup itu memang akan terus mengalir seperti sungai, sama dengan waktu yang akan terus berjalan dan berlalu. Tapi, sungai itu mengalir kebawah, tidak sama seperti manusia yang harus selalu naik ke atas. Maksudnya, dari perjalanan hidupnya setiap hari, setiap manusia harus terus belajar menjadi lebih baik, dan baik lagi. Kehidupan di dunia ini tidak sama seperti cerita-cerita di "No

3 unsur fotografi (threengle)

Sebelum kita mempelajari teknik-teknik fotografi, sebaiknya kita mengetahui apa unsur pembentuk dari fotografi tersebut. Dalam postingan aku sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa "Fotografi adalah seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada objek/permukaan yang dipekakan". Nah, dari sini kita bisa menggaris bawahi, bahwa unsur fotografi ini sebenarnya tidak banyak. Menurut pendapat aku. Dari yang aku pelajari dari artikel-artikel yang ada di Internet. Ada 3 unsur pokok pembentuk fotografi ini. 1. Pencahayaan (lighting)    Ini adalah hal utama penentu hasil foto bagus atau tidaknya. Karena tanpa adanya cahaya. Pasti hasil foto itu gelap. Kenapa? Ini sudah termuat dalam prinsip kerja kamera. Prinsip kerja kamera adalah menangkap cahaya. Cahaya masuk ke kamera lewat lensa (Subjek dapat dilihat terlebih dahulu melalui view finder), difokuskan agar diterima oleh sensor cahaya yang memilah-milah cahaya berdasarkan komponennya. Informasi mengenai konsentrasi komponen cahaya in

Pertemuan Singkat

Seperti biasa, setiap sore menjelang Inara selalu menyiram tanaman di kebun bunga yang terletak di halaman depan rumahnya. tatkala, ia selalu saja tak lupa memegangi dengan lembut bunga-bunga yang sudah mulai merangkak layu. "hmm" inara bergumam, merasakan harumnya bunga-bunga di kebun itu. sinar senja sore dari balik-balik pohon di luar sana menambah ketenangan hati, angin pun tak lupa sesekali berhembus lambat namun terasa nikmat untuk tak lupa selalu saja membuat Rara ( Nama panggilan Inara) terenyuh merasakannya. Di tempat lain,  seorang pemuda berumur 23 Tahun sedang terburu-buru menembus waktu. Ia mengayuh sepedanya dengan kencang, melewati gang-gang kecil di komplek perumahan elit di daerah kota jambi. Namanya Gibran, seorang mahasiswa jurusan pertanian di salah satu universitas negeri di jambi. Ia harus secepatnya sampai ketempat kerja kalau tidak ingin di pecat. setidaknya sudah 2 kali teguran yang gibran terima dari perusahaan, padahal belum ada satu bulan gibran